12 May 2023
7
1
Artikel MCU 12 Mei 2023 - Penerapan pembatasan aktivitas yang masih berlangsung di masa pandemi covid-19 memaksa remaja untuk belajar dari rumah. Kondisi ini menimbulkan dampak yang signifikan terhadap gaya hidup remaja seperti malas bergerak serta terjadi perubahan pola makan yang menjurus ke junk food yaitu makanan yang mengandung kadar gula, garam dan lemak tinggi bahkan rendah serat pangan sehingga menyebabkan kenaikan berat badan berlebih.
Berdasarkan data Kemenkes RI (2018), ditemukan prevalensi obesitas di Indonesia pada kelompok usia diatas 18 tahun yaitu 21,8%. Angka ini meningkat dibandingkan pada tahun 2013 yaitu 14,8%. Menurut penelitian Mahmudiono et al., (2021) menunjukkan kelompok remaja lebih sering mengkonsumsi makanan dan minuman berkalori tinggi yang dipesan secara online. Selain itu promosi junk food melalui media sangat gencar karena untuk menarik konsumen khususnya remaja. Penelitian terkait lainnya oleh López-Bueno et al., (2020) menemukan bahwa terjadi penurunan perilaku konsumsi sayur dan buah pada remaja selama masa pandemi. Hal tersebut memicu berkembangnya penyakit tidak menular atau istilah kekiniannya disebut The silent killer.
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia dan menyerap biaya terbesar dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Menurut Balitbangkes Kemenkes RI (2020), epidemiologi PTM meliputi penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke dan diabetes mellitus mengalami peningkatan pada kelompok usia 25-29 tahun. Artinya, Penulis : Eva Zulisa, S.ST., M.Tr.Keb. Dosen Kebidanan STIKes Muhammadiyah Aceh meningkatnya beban ganda akibat PTM sejak usia 25 tahun menunjukkan rendahnya kualitas kesehatan penduduk usia produktif. Faktor gaya hidup masyarakat Indonesia yang semakin buruk menjadi penyebab terbesar tingginya prevalensi PTM, seperti kondisi obesitas yang sangat berkaitan dengan kejadian PTM sehingga peningkatan angka kematian akibat PTM diduga berhubungan dengan pola konsumsi makanan atau minuman yang mencakup jumlah, mutu dan keamanan.
Menyikapi kondisi diatas maka perlu menerapkan kembali implementasi kebijakan yang telah dicanangkan oleh pemerintah melalui diet sehat dengan pola G4G1L5 (Gondhowiardjo, 2019).
Sumber: P2PTM Kemenkes RI
Apa itu G4G1L5?
G4G1L5 merupakan batas maksimal konsumsi Gula, Garam dan Lemak (GGL) yang disarankan dalam sehari untuk setiap orang. Konsumsi GGL harian diatur dalam Permenkes RI Nomor 63 Tahun 2015 yang menggantikan Permenkes RI Nomor 30 Tahun 2013 (Kemenkes RI, 2015). Aturan tersebut juga mengatur tentang pencantuman pesan kesehatan pada pangan siap saji dan pangan olahan. Adapun konsumsi harian untuk GGL yang dianjurkan antara lain :
Oleh karena itu dengan mengetahui pola G4G1L5 kita dapat mencermati label kemasan
pada makanan atau minuman yang dibeli sehingga sesuai dengan anjuran konsumsi GGL harian
serta sebagai pencegahan terhadap timbulnya PTM akibat gizi berlebih.
Balitbangkes Kemenkes RI. (2020). Epidemiologi PTM 2020.
Gondhowiardjo, S. A. (2019). Pedoman Strategi & Langkah Aksi Penerapan Perilaku Diet Sehat. 1–67.
Kemenkes RI. (2015). Perubahan atas Permenkes RI Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementerian Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.
López-Bueno, R., López-Sánchez, G. F., Casajús, J. A., Calatayud, J., Gil-Salmerón, A., Grabovac, I., Tully, M. A., & Smith, L. (2020). Health-Related Behaviors Among School-Aged Children and Adolescents During the Spanish Covid-19 Confinement. Frontiers in Pediatrics, 8(September). https://doi.org/10.3389/fped.2020.00573
Mahmudiono, T., Rachma, Q., & Yahya, A. A. (2021). Correlation between Online Order of
Sugary Drinks and Risk of Obesity among Adolescents during Covid-19 Pandemic in
Surabaya. Annals of Tropical Medicine & Public Health, 24(01).
https://doi.org/10.36295/asro.2021.24150