20 Mar 2023
2
1
Artikel MCU 8 Februari 2023 - Masa nifas merupakan
suatu periode yang dialami ibu setelah melalui proses persalinan. Adaptasi
harus dilakukan ibu baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Masa nifas
merupakan masa transisi bagi seorang ibu, yang berisiko menimbulkan stress yang
lebih besar dibandingkan dengan masa kehamilan. Perubahan intens seorang ibu
akan peran dan tanggungjawabnya yang baru akan mencetuskan risiko depresi pasca
persalinan (Postpartum depression). Depresi
postpartum adalah perasaan sedih akibat berkurangnya kebebasan ibu, penurunan
estetika dan perubahan tubuh, berkurangnya interaksi sosial dan kemandirian
yang terjadi setelah melahirkan. Depresi dapat terjadi dalam 4-6 minggu pertama
setelah ibu melahirkan, dan jika dibiarkan dalam waktu yang lama dapat
mempengaruhi kesehatan ibu dan bayinya.
Komplikasi yang dapat
terjadi jika depresi postpartum ini tidak ditangani akan timbul permasalahan
pada ibu seperti gangguan pada hubungan sosialnya, gangguan proses menyusui
bayinya, bahkan depresi kronis jika dibandingkan dengan depresi yang sudah
tertangani. Gejala dari depresi postpartum ini diantaranya emosi yang labil, perasaaan
yang sensitif, kehilangan minat beraktivitas, perasaan bersalah, gangguan
tidur, gangguan selera makan, sedih, mudah tersinggung, cemas, bahkan ada
pikiran untuk bunuh diri.
Risiko depresi dapat terjadi setelah ibu melahirkan karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian tersebut.
1. Faktor Dukungan Suami
Dukungan suami merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kejadian depresi pasca persalinan. Kurangnya dukungan suami akan meningkatkan risiko terjadinya depresi postpartum. Suami merupakan orang yang terdekat dari ibu dan bayinya, dan bertanggung jawab memfasilitasi timbulnya rasa nyaman, aman, rasa dihormati, rasa berharga, dibutuhkan, kuat, semangat untuk melewati proses kehamilan dan persalinan dengan baik dan penuh kebahagian. Dukungan dari suami dapat ditunjukkan dengan memberikan dukungan kepada ibu berupa dukungan psikologis, dukungan penerimaan, dukungan berupa motivasi, dan dukungan berupa perhatian kepada ibu dan bayinya. Suami dapat membantu ibu untuk ikut mengurus bayinya secara bergantian, mendengarkan keluh kesah ibu, sering menanyakan keadaan ibu dan bayi, mencari informasi terkait perawatan bayi baru lahir, dan sebagainya.
2. Faktor Dukungan Keluarga
Dukungan
keluarga dari lingkungan sekitar mempengaruhi kejadian depresi pasca
melahirkan. Kurangnya dukungan keluarga meningkatkan risiko kejadian depresi
postpartum. Dukungan keluarga dapat diberikan oleh orangtua, mertua, adik,
kakak, maupun saudara. Dukungan yang diberikan berupa dukungan fisiologis dan dukungan
psikologis. Keluarga dapat membantu ibu mengurus bayinya, menyiapkan makanan
selama masa nifas, membantu pekerjaan rumah tangga, memberikan nasihat dan
saran terkait masa nifas.
3. Faktor Perencanaan
Kehamilan
Perencanaan kehamilan yang baik sangat diperlukan oleh pasangan suami istri untuk mendukung keberhasilan proses kehamilan dan persalinan yang baik. Kehamilan yang tidak direncanakan (Unplanned Pregnancy) akan meningkatkan risiko kejadian pasca melahirkan. Perencanaan kehamilan yang baik memungkinkan ibu untuk menyiapkan dirinya untuk menyambut peran baru untuk merawat bayinya, sehingga berdampak pada aspek fisik dan emosionalnya. Pasangan suami istri yang merencanakan kehamilan dengan baik, juga akan menyiapkan dari segi finansial, informasi, maupun psikologi.
4. Faktor Kondisi Ekonomi
Kondisi
ekonomi suatu keluarga juga mempengaruhi kejadian depresi pasca melahirkan.
Keadaan ekonomi yang kurang mendukung dapat menimbulkan stres di keluarga yang
mempengaruhi depresi ibu setelah melahirkan. Keterbatasan ekonomi keluarga juga
dapat menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan keluarga seperti terbatasnya
ketersediaan sumber makanan bergizi dan seimbang, kurangnya akses untuk
mendapatkan perawatan kesehatan, keterbatasan menggunakan alat transportasi
untuk mencapai sarana pelayanan kesehatan, dan sebagainya.
Abbasi S, Chuang CH, Dagher R, Zhu J, Kjerulff K. Unintended Pregnancy And Postpartum Depression Among First-Time Mothers. Journal of women’s health. 2013;22(5):412–6.
Cahyaningtyas AY , Estiningtyas, Noorlitasari. 2019. Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Kejadian Depresi Postpartum Pada Ibu Nifas di Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Maternal Vol. III, No.2
Cristescu T, Behrman S, Jones SV. Be Vigilant for Perinatal Mental Health Problems. Practitioner. 2015;259(1780):19–232.
Estiningtyas, Cahyaningtyas AY. Determinants of
Postpartum Depression In Rural Area, Central Java, Indonesia. Journal of Health Science and Prevention Vol
5 No 1 April 2021 – ISSN 2459-919x
Garfield L, Holditch-Davis D, Carter CS, McFarlin
BL, Schwartz D, Seng JS, et al. Risk Factors For Postpartum Depressive Symptoms
In Low-Income Women With Very-Low-Birth-Weight Infants. Adv Neonatal Care. 2015;Feb;15(1:3–8.
Karaçam K, Önel K, Gerçek E. Effects of Unplanned
Pregnancy On Maternal Health In Turkey. Midwifery.
2011;27(2):288–93.
Wszołek K, Żak1 E, Żurawska1 J, Olszewska J, Pięta1
B, Bojar I. (2018). Influence of socio-economic factors on emotional changes
during the postnatal period. Journal
Annals of Agricultural and Environmental Medicine. Vol 25, No 1, 41–45
Xie RH, Yang J, Liao S, Xie H, Walker M, Wen SW.
Prenatal Family Support, Postnatal Family Support, and Postpartum Depression. Aust N Z J Obstet Gynaecol.
2010;Aug;50(4):340-5.